Sunday, March 30, 2008

Geert Wilders

Soal Geert Wilders
Perro de Jong 23-01-2008
Bagaimana sikap orang Belanda di luar negeri terhadap film anti Al Qur'an yang akan dibuat politikus ekstrim kanan Belanda Geert Wilders? Pekan-pekan belakangan kedutaan besar Belanda di luar negeri, terutama di negara-negara Islam, sibuk menyusun rencana darurat.
Banyak yang menilai langkah itu berlebihan. Tetapi warga Belanda di luar negeri, terutama di negara Islam, menyikapinya sebagai bahaya yang saat ini pun sudah mereka rasakan. Lebih dari 1000 orang Belanda di luar negeri, memberikan pendapat tentang ribut-ribut seputar film Geert Wilders yang belum ditayangkan. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tanggapan kedutaan besar. Namun di negara-negara Islam sembilan persen mengatakan telah dihubungi dan mendapat informasi dari kedutaan mereka. Orang Belanda di luar negeri terutama bersikap lugas. Mereka berpendapat bahwa media terlalu banyak menyoroti ucapan-ucapan Wilders. Mereka juga tidak punya hengkang ke Belanda selama beberapa waktu.
Bahaya
Tapi semuanya itu tidak berarti mereka tidak cemas akan posisi mereka atau posisi Wilders. Menurut sembilan dari sepuluh responden Belanda di luar negeri Wilderslah yang menghadapi bahaya. Separo dari mereka memperingatkan bahwa perusahaan Belanda kelak akan diboikot gara-gara film Wilders. Persentase yang lebih kecil lagi bahkan khawatir akan adanya serangan terhadap sasaran Belanda. Tapi yang paling mencolok adalah bahwa 43 persen orang Belanda di luar negeri menyatakan saat ini sudah terganggu bahkan mengalami bahaya gara-gara Wilders. Secara global delapan persen menyatakan terganggu.
Politik
Kendati demikian, mayoritas orang Belanda di negara-negara Islam berpendapat kalangan politik tidak perlu menindak film Wilders dan ia bebas mengeluarkan pendapat. Tapi menurut mereka Wilders mempolarisasi masyarakat Belanda dengan ucapan-ucapannya itu dan menghina orang banyak. Hampir duapertiga orang Belanda di luar negeri mengatakan Wilders menyuarakan apa yang ada di benak mereka. Menurut orang Belanda di luar negeri tanggung jawab berada di kalangan politik di Den Haag, Belanda. Tiga perempat dari mereka berpendapat partai-partai politik besar sampai sekarang tidak menangani masalah warga pendatang. Karena itulah Wilders mendapat peluang.
Berimbang
Pendapat orang Belanda di luar negeri berimbang terhadap peringatan Wilders soal islamisasi. Walaupun demikian, sekitar delapan persen orang Belanda di negara-negara Islam, menyatakan sependapat dengan Wilders bahwa Islam adalah budaya yang 'terbelakang'. Mayoritas kecil orang Belanda di luar negeri cemas akan pengaruh Islam di Belanda, tapi mereka yang tinggal di negara-negara Islam lebih optimis. Kedua kelompok menyatakan mustahil Belanda kelak akan diislamisasi. Mayoritas responden mengatakan bahwa Wilders tidak terlalu disorot di negara yang mereka tempati. Di lingkungan mereka sendiri pun tidak ada yang mengetahui ucapan-ucapan Wilders. Tapi kalau pun ada yang mengetahuinya, maka topik itu lebih populer daripada bunga tulip: 70 persen membicarakan Wilders. Dan mereka memang senang turut berbicara. Isu atau bukan, sekelompok kecil orang Belanda di luar negeri menyatakan tidak akan menonton film Wilders kalau ditayangkan lewat internet. Tapi yang lain ingin melihat dengan mata kepala sendiri apa sebenarnya yang menyebabkan ribut-ribut.

Kebangkitan Geert Wilders. Pendulum Politik Belanda Berayun ke Kanan

Geert Wilders

Di Belanda, strategi politik kelompok Kiri yang mendatangkan imigran agar mereka memberi suara bagi “terpilihnya masyarakat baru” ternyata telah memukul mereka sendiri. Setelah pemilu bulan November 2006, Partai Buruh Belanda (PvdA) menunjuk dua menteri imigran untuk mengurus masalah imigran Muslim. Menteri imigran Admed Aboutaleb lahir di Maroko dan menteri imigran Nebahat Albayrak lahir di Turki, keduanya punya warga negara ganda. Geert Wilders adalah ketua Partai Kemerdekaan (PW) yang terkenal sangat menentang Islam. Geert Wilders menentang penunjukkan kedua menteri ini karena selain punya kewarganegaraan Belanda, masing2 juga punya kewarganegaraan Maroko dan Turki. Wilders berkata dia ragu akan kesetiaan warga negara Belanda yang juga ingin setia terhadap negara asalnya. Pernyataan politik Wilders dikecam, tapi masyarakat Belanda tampaknya berpihak padanya. Kemaren, poll pengumpulan pendapat Belanda yang sangat dipercaya menunjukkan bahwa Partai Wilders telah menjadi hampir sama besar dengan PvdA dalam pembagian 150 kursi Parlemen Belanda. Jika Pemilu diadakan hari ini, maka PW akan dapat 19 kursi (dibandingkan hanya 9 kursi di Pemilu tahun lalu), sedangkan partai Pemerintah PvdA hanya akan dapat 20 kursi (turun dari 33 kursi tahun lalu). Sekutu partai PvdA juga tidak akan mampu mengurangi kekalahan tersebut. Partai Kristen Demokrat CDA milik PM Jan-Peter Balkenende, hanya akan dapat 38 kursi (sekarang punya 41 kursi di Parlemen) dan partai Calvinist CU akan dapat 8 kursi (naik dari 6 kursi tahun lalu). Persekutuan CDA-PvdA-CU akan kehilangan kedudukan mayoritanya. Pemilu November 2006 menunjukkan ayunan kuat ke politik kiri. Tapi poll kemaren menunjukkan bahwa pendapat masyarakat di Belanda sekarang kembali lagi berayun ke kanan. Seperti yang kutunjukkan bulan lalu di American Conservative, politik Belanda berayun bagaikan pendulum. Masyarakat Belanda terang2an menolak pemberian suaka oleh Menteri Albayrak terhadap pendatang asing. Menurut Menteri Muslimah ini, proposal amnesti yang disetujui pihak Parlemen bulan Juni lalu, akan menguntungkan setidaknya 30.000 orang. Para pengritik memperingatkan bahwa hal ini akan mengakibatkan masuknya setengah juta orang asing ke Belanda. Di hari Sabtu lalu Prof. Ruud Peters yang mengajar hukum Islam di Universitas Amsterdam, mengatakan di pertemuan PvdA bahwa dia menunggu tibanya hari wanita berburka menduduki posisi di Parlemen. Ketua PvdA Wouter Bos, yang adalah PM Belanda dan juga Menteri Keuangan berkata bahwa menteri2 Aboutaleb dan Albayrak tidak akan mengenakan burka. “Kami bukan satu2nya partai yang beranggotakan politikus Muslim terkemuka. Kami berjuang bagi toleransi dan Islam liberal,” katanya. Greet Wilders meragukan apakah ada toleransi dan liberalisme dalam Islam. Bulan lalu dia mengusulkan agar Qur’an dilarang beredar, dan buku ini disebutnya sebagai “buku fasis yang mengajarkan kebencian dan pembunuhan.” Dia berkata dia ingin buku itu dilarang, bahkan di mesjid2 Belanda sekalipun. Pihak Pemerintah Belanda mempertimbangkan untuk menuntut Wilders atas pernyataannya, yang dianggap beberapa pihak sebagai ucapan kebencian rasial. Di lain pihak, kelompok Neo-Nazis Belanda mengritik Wilders atas politik neo-konservatismenya. “Kapitalisme Kasino” Wilders akan menyebabkan yang kaya tambah kaya dan yang miskin semakin miskin dan hanya menambah masalah dalam masyarakat multi kultur, demikian yang ditulis dalam website Dutch People’s Union (NVU). Meskipun kelompok Neo-Nazis memperkirakan PW partai milik Wilders akan menang 30 kursi di pemilu selanjutnya, mereka menyebutnya sebagai politikus yang “berbahaya” karena dia adalah “kawan Israel.”

Thursday, March 27, 2008

Motorola Bersiap-siap 'Membelah Diri'

Chicago - Rencana Motorola untuk memisahkan unit bisnis ponselnya lantaran terus merugi akan segera terealisasi. Perusahaan ponsel asal Amerika ini memutuskan untuk 'membelah diri' menjadi dua perusahaan independen pada 2009 nanti.Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk membenahi manajemen bisnisnya. Dua perusahaan tersebut nantinya akan berfokus pada bisnisnya masing-masing. Satu perusahaan akan memfokuskan diri pada bisnis Mobile Device, yakni memproduksi dan mendistribusikan handset, aksesoris dan software mobile.Sementara perusahaan yang satunya akan menangani bisnis Broadband dan Mobility Solutions, melanjutkan bisnis Motorola di networking, layanan voice dan solusi komunikasi data, demikian dikutip detikINET dari Softpedia, Kamis (27/3/2008)."Pemisahan ini diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas, struktur modal dan meningkatkan fokus manajemen, sehingga diharapkan dapat menjaring lebih banyak investor," papar Greg Brown, president dan CEO Motorola.Brown menambahkan, "Kami telah mencari CEO baru untuk bisnis Mobile Device. Kami percaya dengan kekuatan brand, SDM, dan kekayaan intelektual yang kami miliki. Kami berharap bisnis Mobile Device kami akan mampu merebut kembali posisi bergengsi di pasar."Saat ini memang bisa disebut sebagai masa-masa sulit bagi perusahaan Amerika Serikat ini. Setelah beberapa tahun membayangi Nokia di posisi kedua produsen ponsel dunia, kini posisi Motorola tergeser oleh Samsung. Diharapkan dengan pembagian perusahaan menjadi dua ini, Motorola mampu meningkatkan performa bisnisnya. ( dwn / dwn )

Wednesday, March 26, 2008

Kaum Arab 2

Suku Arab-Indonesia adalah warga negara Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia -- misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman) dan Probolinggo (Diponegoro),dan Bondowoso -- serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Kupang, Papua dan bahkan di Timor Timur. Pada jaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia, tapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.

Sejarah kedatangan
Setelah terjadinya perpecahan besar diantara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman kira-kira seribu tahun yang lalu, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.
Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga banyak terdapat di Oman, India, Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura.
Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.

Perkembangan di Indonesia
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi sejak abad pertengahan (abad ke-13), dan hampir semuanya adalah pria. Tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Berdasarkan taksiran pada 1366 H (atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga.
Marga-marga ini hingga sekarang mempunyai pemimpin turun-temurun yang bergelar "munsib". Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat tinggal asal keluarganya. Semua munsib diakui sebagai pemimpin oleh suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Di samping itu, mereka juga dipandang sebagai penguasa daerah tempat tinggal mereka. Di antara munsib yang paling menonjol adalah munsib Alatas, munsib Binsechbubakar serta munsib Al Bawazier.
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak.
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husain bin Ali) dan kelompok Qabili, yaitu kelompok diluar kaum Sayyid. Di Indonesia, terkadang ada yang membedakan antara kelompok Sayyidi yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh (Masyaikh) yang biasa pula disebut "Irsyadi" atau pengikut organisasi al-Irsyad.

Tokoh-tokoh dan peranan
Di Indonesia, sejak jaman dahulu telah banyak di antara keturunan Arab Hadramaut yang menjadi pejuang-pejuang, alim-ulama dan da'i-da'i terkemuka. Banyak di antara para Walisongo adalah keturunan Arab, dan diduga kuat merupakan keturunan kaum Sayyid Hadramaut (Van Den Berg, 1886) atau merupakan murid dari wali-wali keturunan Arab. Kaum Sayyid Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya (Walisongo, kerabat dan ayahanda dan datuk mereka) mempunyai perbedaan fundamental dengan kaum Sayyid Hadramaut yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya).
Yang mana kaum Sayyid Hadramaut pendahulu, seperti dilansir Van Den Berg, banyak berasimilasi dengan penduduk asli terutama keluarga kerajaan-kerajaan Hindu dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali. Sedangkan yang datang abad 18 dan sesudahnya banyak membatasi pernikahan dengan penduduk asli dan sudah datang dengan marga-marga yang terbentuk belakangan (abad 16-17) hingga saat ini sangat mudah dikenali dalam bentuk fisik tubuh dan nama.
Sampai saat ini, peranan warga Arab-Indonesia dalam dunia keagamaan Islam masih dapat terasakan. Mereka -- terutama yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW -- mendapat berbagai panggilan (gelar) penghormatan, seperti Syekh, Sayyid, Syarif (di beberapa daerah di Indonesia menjadi kata Ayip), Wan atau Habib dari masyarakat Indonesia lainnya.
Di samping tokoh-tokoh agama, banyak pejabat negara dan tokoh terkenal Indonesia masa kini yang leluhurnya berasal dari Hadramaut. Nama-nama mereka antara lain:


AR Baswedan (Menteri Penerangan 1947)
Abdurahman Saleh (Jaksa Agung,2004-2007)
Ahmad Albar (Artis penyanyi rock kelompok God Bless)
Ali Alatas (Menteri Luar Negeri, 1988-1998)
Alwi Shihab (Menteri Luar Negeri, 1999-2001; dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2004-2005)
Assaat (pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS))
Fuad Bawazier (Menteri Keuangan, 1998)
Fuad Hassan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 1985-1993)
Husin Umar Alhajri (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, 1940-2007)
Mar'ie Muhammad (Menteri Keuangan, 1993-1998)
Mark Sungkar (Aktor Indonesia)
Muchsin Alatas (Artis penyanyi dangdut)
Munir (Ketua LSM Kontras, aktivis anti kekerasan)
Quraish Shihab ( Menteri Agama, 1998)
Rusdy Bahalwan (Mantan pemain dan pelatih Tim Nasional Sepak Bola Indonesia)
Salim Al-Idrus (Pemain Sepak Bola : Pelita Jaya, Persib Bandung,
Saleh Afiff (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, 1993-1998)

Ritual ziarah
Di Hadramaut, banyak pemimpin agama yang makamnya diziarahi. Demikian banyaknya jumlah mereka, hingga bila ada seseorang dari Jakarta yang tinggal selama 40 hari di Hadramaut, belum tentu dapat menjangkau seluruh tempat ziarah yang ada.
Tempat ziarah yang paling terkenal adalah "Qabr Hud", yang menurut kepercayaan orang Hadramaut adalah makam nenek moyang mereka, Nabi Allah Hud AS. Qabr Hud terletak di sebuah lembah, dan terdapat sebuah masjid berdekatan dengannya. Setiap tanggal 11 Sya'ban tahun Hijriah, tempat ini banyak didatangi para penziah. Mereka bukan saja berasal dari Hadramaut, melainkan juga dari berbagai negara yang 'memiliki' banyak keturunan Hadramaut. Mereka biasanya tinggal di gedung-gedung bertingkat tiga yang hanya digunakan pada saat acara ziarah. Pada hari itu juga ada pasar raya, yang suasananya kira-kira seperti upacara Sekaten di Yogyakarta.
Menurut tradisi, untuk ziarah ini para peziarah sebaiknya mandi terlebih dahulu atau minimal berwudhu di telaga Hud; yang terletak di bawah makam Nabi Hud. Selama tiga hari, kepemimpinan ziarah di Qabr Hud dilakukan secara berganti-ganti. Hari pertama dipimpin munsib Alhabsji, hari kedua oleh munsib Shahabuddin, dan terakhir yang paling meriah dipimpin oleh munsib Binsechbubakar. Begitu meriahnya akhir ziarah ini, hingga peluru-peluru dihamburkan ke udara. Upacara itu dilakukan oleh para pengawal BinSechbubakar, yang dikenal berpengaruh di Hadramaut.

Nama-nama marga
Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, antara lain adalah:
Abud (Qabil) - AbdulAzis (Qabil) - Addibani (Qabil) - Afiff - Alatas (Sayyid) - Alaydrus (Sayyid) - Albar (Sayyid) - Algadrie (Sayyid)- Alhadjri (Qabil) - Alhabsyi (Sayyid) - AlHamid - AlHadar - AlHadad (Sayyid) - AlJufri (Sayyid) - Alkatiri (Qabil) - Assegaff (Sayyid) - Attamimi -AlMuhazir
Ba'asyir (Qabil) - Baaqil (Sayyid) - Bachrak (Qabil) - Badjubier (Qabil) - Bafadhal - Bahasuan (Qabil) - Baraja (Syekh) - Basyaib (Qabil) - Basyeiban (Sayyid) - Baswedan (Qabil) - Baridwan - Bawazier (Sayyid) - BinSechbubakar (Sayyid)
Haneman
Jamalullail (Sayyid)
Bin Zagr (Qabil)
Maula Dawileh (Sayyid) - Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid) - Martak (Qabil)
Nahdi (Qabil)
Shahab (Sayyid) - Shihab (Sayyid) - Sungkar (Qabil)
Thalib
Bahafdullah (Qabil)

Trivia
Yang Dipertuan Agung Malaysia 2001-2006 Tuanku Syed Sirajuddin adalah juga tokoh dari marga Jamalullail, yang leluhurnya berasal dari Hadramaut. Demikian pula dengan Menteri Luar Negeri, Malaysia, Syed Hamid Albar.
Mantan Perdana Menteri Timor Leste dan tokoh sentral partai Fretilin, Mari Alkatiri, adalah juga keturunan Hadramaut.
Di Arab Saudi, banyak keturunan Arab Hadramaut yang menjadi pengusaha-pengusaha sukses, seperti marga-marga Bin Laden (keluarga Osama Bin Laden), Bin zagr, Bin Mahfud, Bawazier dan Nahdi.
Di antara marga-marga Hadramaut dari keturunan Sayyid yang pertama-tama ke Indonesia adalah dari keluarga Basyaiban, yaitu Sayyid Abdul Rahman bin Abu Hafs Umar BaSyaiban BaAlawi pada abad ke-17 Masehi. Ia menikah dengan puteri Sunan Gunung Jati, Syarifah Khadijah. Pernikahan ini akhirnya menurunkan banyak kyai di Indonesia. Abu Hafs Sayyid Umar adalah guru dari Syaikh Nuruddin Ar-Raniri, penasihat utama Sultan Iskandar Thani dari Aceh.

KOMUNITAS ARAB DI PEKOJAN DAN KRUKUT: DARI MAYORITAS MENJADI MINORITAS

KOMUNITAS ARAB DI PEKOJAN DAN KRUKUT: DARI MAYORITAS MENJADI MINORITAS Masjid itu masih tampak kokoh sekalipun usianya telah hampir dua setengah abad. Hanya di bagian atas menaranya yang menjulang tinggi sedikit berlumut dimakan usia. Di bagian dalamnya yang luas dan sejuk di tengah-tengah perkampungan yang gersang dan panas, terhampar permadani warna-warni buatan Persia. Siang itu sekitar 100 orang -- kebanyakan berkopiah putih -- tengah menunaikan salat dzuhur berjamaah dipimpin imam H. Achmad Basarah (81). Imam Basarah adalah keturunan keluarga Arab yang sudah tinggal di daerah itu sejak beberapa generasi lalu. Masjid Annawir yang dapat menampung lebih dari seribu jamaah itu dikenal juga dengan sebutan Masjid Pekojan. Dibangun tahun 1760 Masehi atau 1180 Hijriah. Saat ini Masjid Annawir Pekojan adalah masjid terbesar di Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, yang mayoritas penduduknya keturunan Cina. Sekitar empat kilometer sebelah selatan Kelurahan Pekojan, terdapat Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Di kelurahan sini berdiri pula sebuah masjid yang diberi nama Al-Mubarak. Menurut Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, masjid ini dibangun tahun 1786 M. atau 26 tahun setelah Masjid Pekojan. Persis berseberangan dengan Masjid Al-Mubarak (lebih dikenal dengan sebutan Masjid Krukut), hanya terhalang Sungai Ciliwung, berdiri Masjid Jami Kebon Jeruk, yang didirikan pada 1718. Berlainan dengan Masjid Krukut yang tampak megah dengan sentuhan arsitektur masa kini (setelah dipugar sekitar tiga tahun lalu), kedua masjid lainnya tampak kuno. Keduanya memang dilindungi oleh UU Pemda DKI yang menyatakan kedua bangunan tersebut sebagai bangunan sejarah yang harus dipertahankan keasliannya. Adanya sejumlah masjid jami tua di kawasan yang kini menjadi pusat ekonomi dan bisnis, menurut Pemda DKI dalam buku Kampung tua di Jakarta, adalah bukti bahwa kawasan Pekojan dan Krukut berperan dalam penyebaran agama Islam pada masa lalu. Ini diperkuat dengan sejarah kedua kampung itu yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya kota Jakarta. Persaingan ekonomi Begitu memasuki kawasan Pekojan dan Krukut, hampir bisa dipastikan mata akan melihat banyak wajah-wajah khas Timur Tengah dengan hidung mancung, sorot mata tajam, kumis, dan janggut hitam. Juga sapaan akrab "Assalamualaikum" di antara mereka yang diucapkan sambil mengangkat tangan atau bersalaman ketika bertemu. Tapi kini wajah-wajah Timur Tengah itu seperti tenggelam di tengah hingar-bingar lalu lalang manusia dan kendaraan. Pusat bisnis dan ekonomi itu -- yang terutama ditandai oleh hadirnya sejumlah besar pertokoan -- kini malah lebih dikenal dengan sebutan Pecinan. Sementara masyarakat Arab yang telah turun-temurun "menguasai" wilayah tersebut kini memilih hijrah ke tempat lain. Mereka meninggalkan tempat nenek moyang mereka menetap pertama kali setelah hijrah dari Hadramaut (kini Yaman Selatan). Sebagaimana dikemukakan Abud Alkatiri, salah seorang guru dari Lembaga Pusat Pendidikan Islam "Fatahillah" Krukut yang dibangun oleh Jumhuriyah Islamiyah Al-Kathiriyah, rasa persaudaraan di antara "jamaah" (sebutan untuk keturunan Arab) masih cukup kental. "Kalau mau melihat jamaah berkumpul datanglah pada upacara pernikahan, atau bila ada yang meninggal dunia," katanya. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan. Meski mereka tinggal terpencar di kawasan yang cukup luas itu, "Mereka tetap berkumpul pada acara pesta perkawinan, pada saat ada kematian, tahlilan, atau maulid Nabi" kata Habib Abdurahman Aljufri, ketua Masjid Pekojan, yang juga tokoh masyarakat setempat. Pada pesta-pesta perkawinan masyarakat biasanya diadakan samar, yaitu lagu-lagu irama Padang Pasir yang dibawakan oleh kelompok orkes gambus dengan pemain-pemain kebanyakan keturunan Arab. Mereka bernyanyi dan memainkan alat musik sambil duduk di lantai dan beralas permadani. Tarian zafin khas Timur Tengah juga menjadi kesukaan para pemuda di kedua kawasan itu. Hampir sama populer dengan joget dangdut sekarang ini. Tampaknya, semakin berkurangnya komunitas Arab di kedua kawasan tersebut diakibatkan oleh persaingan ketat dalam bisnis perdagangan. Pesaing utamanya adalah orang-orang Cina. Dedy Suwardi, sekretaris Kelurahan Pekojan, mengungkapkan bahwa dari data monografi kelurahan yang ada jelas jumlah keturunan Arab di kelurahan tersebut mengalami penurunan berarti. "Padahal yang saya tahu dulunya masyarakat Arab merupakan mayoritas di daerah ini," katanya. Tapi ketika ditanya Dedy juga mengaku tahu secara pasti berapa jumlah masyarakat keturunan Arab sekarang ini. Alasannya adalah karena sebagian besar dari mereka sudah membaur dengan warga pribumi. Yang ada hanya data pemeluk agama. Dari jumlah 30.794 jiwa, yang beragama Islam 13.680 jiwa atau sekitar 45%. Sementara sisanya adalah keturunan Cina dan kebanyakan non-Muslim. Meski minoritas bukan berarti kegiatan keislaman di wilayah tersebut menjadi sepi. Dedy misalnya, tak menutupi rasa bangganya karena di kelurahannya terdapat 29 majelis taklim, 4 masjid, 26 musholla, dan madrasah dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga Aliyah. Dahulu di kampung ini banyak terdapat rumah-rumah dengan arsitektur Mor, di samping beberapa bangunan tua berarsitektur Cina. Tapi dewasa ini kedua jenis bangunan tersebut, yang corak arsitekturnya kemudian diserap dan disebut sebagai khas Betawi, telah tergusur. Hanya beberapa di antaranya yang masih bertahan. Salah satunya, yang juga sudah berusia ratusan tahun, ditempati oleh Ibu Nining Alatas, yang menurut penduduk setempat masih ada hubungan keluarga dengan Menlu Ali Alatas. Saat ini "bau Arab" hanya "tercium" dari beberapa nama jalan atau gang di Krukut maupun Pekojan. Seperti Jalan Abdullah, Gang Thalib, dan sebagainya. Organisasi sosial Di Pekojan inilah organisasi sosial dan pendidikan Jamiat Khair pertama kali didirikan tahun awal abad ke-20. Baru belakangan pusat organisasi tersebut dipindahkan ke Jalan K.H. Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam sebuah wawancara dengan Robert van Niel -- penulis buku The Emergence of the Modern Indonesia Elit -- H. Agus Salim menjelaskan tentang makna kehadiran organisasi sosial semacam Jamiat Khair. "Pada tahun 1904 atau 1905, khusus untuk mengatasi ekonomi lemah Indonesia, beberapa orang keturunan Arab dan beberapa orang Sumatera membentuk suatu organisasi gotong royong yang dinamakan Jamiat Khair ... Banyak anggota Boedi Oetomo dan Sarekat Islam adalah bekas anggota Jamiat Khair." Berkurangnya keturunan Arab di Pekojan menjadi keprihatinan bagi pemuka masyarakat seperti Habib Aljufri. Dia menunjuk sejumlah gedung, rumah dan jalan-jalan yang dahulu dihuni masyarakat keturunan Arab tapi kini beralih menjadi milik keturunan Cina. Padahal di antara gedung-gedung tersebut terdapat pula peninggalan bersejarah bekas milik kalangan Arab yang pertama datang ke Indonesia, seperti masjid, surau, tempat pertemuan dan madrasah. Tanah di daerah itu pun kini berkisar antara satu hingga dua juta rupiah per m2. Dan ini makin memperbesar kecemasan akan makin menipisnya jumlah komunitas Arab di wilayah tersebut. Saat ini yang warga keturunan Arab yang masih bertahan tinggal di situ hanya tinggal kira-kira 200 orang, atau sekitar 70 KK. Kecemasan serupa juga dikemukakan oleh Abud Alkatiri. Sambil menunjuk Jalan Kejayaan dan Keutamaan yang cukup panjang itu, ia mengatakan bahwa dahulu gedung-gedung di sini hampir seluruhnya dihuni oleh "jamaah," tapi sekarang kebanyakan oleh baodeh (sebutan untuk keturunan Cina). "Ekstrimnya," kata Abdurahman Aljufri, "dahulu tukang bakmi tidak berani lewat Pekojan, karena takut ditimpuki anak-anak." Tapi kini yang terjadi sebaliknya: para pedagang itu bebas keluar masuk "kampung Arab" Pekojan tersebut. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Krukut. Tapi menghilangnya sebagian besar masyarakat Arab dari Krukut maupun Pekojan, bukanlah semata-mata karena soal ekonomi atau kekalahan mereka dalam bersaing dengan Cina. Bahkan mereka yang pindah itu kebanyakan keadaan ekonominya cukup baik. Mereka pindah justru untuk mengembangkan usaha ke wilayah Tanah Abang, Jatinegara, Kwitang, Condet, bahkan Bogor. Kaum Ulaiti dan penyebaran Islam Pada zaman Belanda, ketika Batavia dikuasai oleh Jan Pieterzoon Coen pada sekitar 1620-an, Kampung Krukut dibagi ke dalam tiga wilayah administratif yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kapiten. Setiap Kapiten memimpin golongannya, yaitu Arab, Cina dan Betawi. Tugasnya kira-kira sepadan dengan lurah sekarang. Demikian pula di Kampung Pekojan, yang pada masa itu merupakan kawasan pesisir Batavia. Menurut Habib Abdurahman pada masa itu terdapat seorang Kapiten Arab yang terkenal, Abdul Azis. Menurut Habib Abdurahman, pimpinan Masjid Annawir, ayahnya datang dari Hadramaut pada tahun 1901. "Ketika itu tiap keturunan Arab yang datang ke Hadramaut langsung dibawa ke Pekojan oleh Belanda. Setelah beberapa lama tinggal di sini baru mereka terpencar baik di Jakarta maupun tempat-tempat lainnya". Dalam buku "Kampung Tua di Jakarta" yang diterbitkan Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI disebutkan bahwa kedatangan orang-orang Arab dari Hadramaut ke Krukut dan Pekojan diterima dengan baik oleh penduduk asli karena terdapat persamaan agama. Mereka yang disebut "ulaiti" datang ke Jakarta dan daerah Indonesia lainnya, tanpa membawa isteri. Karena itu kemudian mereka menikahi wanita-wanita pribumi. Motivasi mereka datang ke Jakarta, di samping terdorong oleh keinginan mencari kehidupan material yang lebih baik, juga untuk menyebarkan ajaran Islam. Habib Abdurahman sendiri mengatakan bahwa sampai saat ini ia telah meng-Islam-kan sedikitnya 200 orang keturunan Cina. "Di antara mereka banyak yang kaya raya," ujarnya. Mungkin inilah yang menyebabkan persaudaraan di kedua kampung tersebut tidak hanya erat terjalin di antara keluarga masyarakat Arab, tapi juga antara masyarakat Arab dengan penduduk setempat. Apalagi banyak di antara mereka yang berjalin saudara dari garis ibu. Di Pekojan, menurut Abdul Rachim, warga asli yang sehari-hari bertugas di Dinas Museum dan Sejarah DKI, terdapat sebuah paguyuban, yaitu Guyuban Kematian Persaudaraan Islam Pekojan (GKPIP). Diketuai oleh Habib Aljufri, GKPIP beranggotakan seluruh masyarakat yang beragama Islam, tidak terbatas hanya pada satu keturunan saja. Apabila ada anggota yang meninggal dunia, mulai dari surat dokter, memandikan jenazah, kain kafan, sampai pemakaman diurus dan ditanggung oleh paguyuban. Di samping itu, keluarga yang ditinggalkan mendapat uang shalawat yang dikumpulkan oleh paguyuban. "Tidak pernah ada masyarakat di sini yang jenazahnya tidak terurus," kata Habib Abdurrahman. Perkumpulan yang sama juga terdapat di Krukut. Mengenai pembauran antara masyarakat Arab dengan penduduk setempat, Abud Alkatiri menunjuk pada madrasah, TK, SMP dan SMEA milik Yayasan Al-Kathiriyah yang sebagian besar dari sekitar 600 siswa-siswinya justru bukan dari kalangan jamaah. Demikian pula dengan guru-guru di yayasan yang menempati gedung berlantai empat itu. Di Pekojan, Habib Abdurahman juga memimpin majelis taklim yang anggotanya berdatangan bukan hanya dari Pekojan, tapi juga dari Tangerang, Tanjung Priok dan Bogor. Saat ini juga semakin banyak masyarakat Arab yang menikahi wanita ataupun pemuda bukan masyarakat Arab. Kedekatan masyarakat Arab dengan penduduk setempat juga diakui oleh Abdul Rachim. "Saya memimpin Members of Yassin yang anggotanya berjumlah 100 orang, baik dari kelompok masyarakat Arab maupun bukan." Tiap malam Jumat kelompok ini membaca surat yasin, ratiban dan tahlil dari rumah ke rumah. Di Krukut, tiap tanggal 15 ibu-ibu mengadakan pengajian yang terbuka bagi siapa saja yang beragama Islam. Baik di Pekojan maupun Krukut, yang penduduknya kebanyakan pedagang, nasi kebuli adalah makanan khas yang digemari. Nasi yang dicampuri minyak samin dan daging kambing ini sampai sekarang ini masih dihidangkan dalam acara-acara pernikahan maupun keagamaan. "Dan yang paling terkenal di seluruh Jakarta adalah nasi kebuli dari Pekojan," kata Abdullah Zaidan, 65, yang sudah turun-temurun tinggal di Pekojan. Kegemaran terhadap nasi kebuli dengan daging kambingnya diabadikan menjadi nama jalan di salah satu RW di Pekojan, yakni Jalan Pejagalan dan Jembatan Kambing. Menurut Dinas Museum dan Sejarah DKI nama Pejagalan -- yang berasal dari kata jagal -- bermula dari penampungan daging kambing yang didatangkan dari luar daerah di suatu kampung yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kampung Pejagalan. Sedangkan nama Jembatan Kambing diambil karena sebelum kambing-kambing untuk konsumsi masyarakat Pekojan dipotong di tempat pejagalan hewan terlebih dahulu dikumpulkan di tempat yang kemudian kondang dengan nama Jembatan Kambing. alwi shahab BAODEH-PUN BERBAHASA ARAB PROKEM "Ente cari rumah si Ali? Itu dia, shebe (bapak) dan ajus (ibu)-nya ada di bed (rumah)", kata seorang pemuda keturunan Cina di Jalan Kejayaan, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat kepada wartawan Republika yang bertanya kepadanya. Baodeh (keturunan Cina) di sini, khususnya yang telah bergaul dengan jamaah, memang bisa berbahasa Arab sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan, yang juga dikenal sebagai perkampungan Arab. Tapi tidak hanya baodeh yang terpengaruh. "Kami juga menjadi akrab dengan bahasa Cina sehari-hari," kata beberapa pemuda keturunan Arab yang berhasil ditemui. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta terbitan Pemda DKI Jakarta, disebutkan akibat adanya tiga etnis golongan penduduk Kampung Krukut, yakni Betawi, Arab dan Cina. Disadari atau tidak, mereka telah terlibat dalam suatu usaha interaksi serta penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat mereka. Kata-kata ane (saya), ente (kamu), fulus (uang), tafran (miskin), zein (bagus), sawak (benar), dan ratusan kata Arab "prokem" lainnya sudah akrab di telinga ketiga etnis penduduk. Sama akrabnya dengan kata-kata yang berasal dari khasanah bahasa Cina seperti : cepek (seratus rupiah), seceng (seribu rupiah), kamsia (terima kasih), enci, engko, dan sebagainya. Dibanding keturunan Cina, masyarakat Betawi lebih akrab dengan bahasa Arab prokem. Alasannya "Enak didengar dan gampang diucapkan". Di Ibukota, bukan hanya di Krukut dan Pekojan, bahasa Arab prokem akrab dengan masyarakat yang penduduknya banyak keturunan Arab. Seperti di Tanah Abang, Sawah Besar dan Jatinegara khususnya di kawasan yang banyak dihuni keturunan Arab. Sebagai misal, ungkapan "Ane mafi fulus" (Saya tidak punya uang) adalah ungkapan sehari-hari dalam percakapan di Krukut dan Pekojan. Tidak hanya di kalangan masyarakat Arab, tapi juga etnis lainnya. Ungkapan berbau Arab lain yang juga sering terdengar adalah "Harim ente khali" (pacar kamu cantik), "Tu rizal magrum" (laki-laki itu gila), "Ane lagi marid" (saya lagi sakit), "Ane dzu nih" (saya lapar nih), atau "Orang itu tadzir (kaya)." Tapi bukan bahasa saja yang mewarnai pembauran di perkampungan Arab. Beberapa bentuk kesenian dan budaya Betawi tradisional juga sedikit banyak terpengaruh kesenian Arab. Misalnya, sambra, rebana, gambus, kasidah, dan masih banyak lagi. Dalam acara samar yang diiringi orkes gambus dengan lagu Irama Padang Pasir yang dipentaskan pada acara-acara perkawinan, yang terjun untuk ber zapin bukan hanya terbatas pada keturunan Arab, tapi juga etnis lainnya. Tampaknya budayawan Umar Kayam benar ketika ia mengatakan bahwa sebelum Banten muncul sebagai imperium yang jaya, Sunda Kelapa dan Jayakarta sudah lebih dulu merupakan permukiman besar yang dihuni berbagai etnik dan ras, termasuk Arab. Mereka berbaur, bergesekan, berdialog dan suatu proses pembangunan sosok budaya yang kemudian disebut Budaya Betawi.

(Alwi Shahab)

Keturunan Arab 1


Habib Abubakar bin Ali Shahab
Pendiri Jamiat Kheir dan Malja Al Shahab

Tahun 1900 merupakan awal abad 20 yang sering dikatakan awal abad keemasan. Batavia, sebutan kota Jakarta saat itu, sedang memasuki periode kota kolonial modern. Berkat revolusi industri berbagai teknologi dperkenalkan. Sistem transportasi dan komunikasi mulai berkembang. Angkutan kereta api Jakarta-Bogor mulai diperkenalkan, sedangkan pelabuhan Tanjung Priok semakin ramai oleh pendatang dari Belanda dan Eropa setelah dibukanya terusan Suez di Mesir.

Tapi sayangnya, yang menikmati kemajuan itu hanyalah kelompok minoritas belanda dan orang-orang eropa. Tidak demikain halnya dengan orang-orang pribumi, termasuk orang-orang keturunan arab. Khusus terhadap orang-orang keturunan arab, Belanda menganggap keberadaan mereka di Indonesia sangat membahayakan politik kolonialnya yang anti Islam. Apalagi semangat Pan-Islamisme yang dikobarkan di Turki dan pejuang Islam kaliber internasional dari Ahul-Bayt, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani bergaung di Indonesia. Prof. Snouck Hurgronye terang-terangan menuduh kaum Alawiyyin yang menyebarkan paham Pan-Islamisme di Indonesia.

Begitu bencinya Belanda terhadap Islam dn orang-orang keturunan arab, sehingga di bidang pendidikan, melalui sekolah-sekolah waktu itu, citra buruk arab digambarkan secara kasar melalui buku-buku pelajaran sejarah. Hingga tidak heran, menurut Mr. Hamid Algadri dalam bukunya Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan Belanda mengakibatkan mereka tidak mau menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Belanda. Bukan hanya orang-orang keturunan arab, tapi juga kelompok ulama dan santri menganggap sekolah belanda sebagai sekolah kafir.

Dalam situasi dan tekanan kolonial yang keras itulah, Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab tampil untuk mendirikan sebuah perguruan Islam, yang bukan hanya mengajarkan agama, tapi juga pendidikan umum. Pada tahun 1901, berbarengan dengan maraknya kebangkitan Islam di tanah air, berdirilah perguruan Islam Jamiat Kheir. Pada saat pertama kali berdiri, perguruan ini membuka sekolah di kawasan Pekojan yang saat itu penghuninya banyak keturunan arab.

Selain Abubakar bin Ali shahab, turut serta mendirikan perguruan ini sejumlah pemuda Alawiyyin yangn mempunyai kesamaan pendapat dan tekad untuk memajukan Islam di Indonesia dan sekaligus melawan propaganda-propaganda jahat Belanda yang anti Islam. Mereka antara lain adalah Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Syechan bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas dan Abubakar bin Muhammad Alhabsyi.

Begitu suksesnya Jamiat Kheir hingga diakui oleh pemerintah RI dan ahli sejarah Islam sekarang ini sebagai organisasi Islam yang banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam, seperti KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS. Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H. Samanhudi (tokoh Budi Utomo), H. Agus Salim (tokoh KMB), dan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan lainnya yang merupakan anggota atau setidak-tidaknya mempunyai hubungan dekat dengan Jamiat Kheir.

Habib Ali bin Abubakar Shahab, sebagai ketua Jamiat Kheir, juga ikut mendoronga organisasi ini ketika pindah dari Pekojan ke Jalan Karet (kini jalan KHM. Mansyur, Tanah Abang). Kegiatan organisasi ini kemudian meluas dengan mendirikaan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, bersama-sama sejumlah Alawiyyin, Habib Abubakar juga mendirikan sekolah untuk putra (aulad) di jalan Karet dan putri (banat) di Jalan Kebon Melati (kini Jl. Kebon Kacang Raya), serta cabang Jamiat Kheir di Tanah Tinggi, Senen.

Aktif Sejak MudaLahir di Jakarta pada tanggal 28 Rajab 1288 H (130 tahun lalu), dari seorang ayah bernama Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, kelahiran Damun, Tarim, Hadramaut. Ibunya bernama Muznah binti Syech Said Naum. Said Naum adalah salah seorang keturunan arab yang mewakafkan tanahnya yang luas di kawasan Kebon Kacang, Tanah Abang, untuk pemakaman. Di zaman Gubernur Ali Sadikim di tahun 70-an pemakaman ini dipindahkan ke Jeruk Purut dan Karet, dan lahannya dipergunakan untuk membangun rumah susun pertama di Indonesia, berikut sebuah masjid lengkap dengan madrasahnya yang memakai nama Said Naum untuk mengabadikan wakafnya. Masjid ini pernah mendapat anugerah Agha Khan karena arsitekturnya yang orisinil dan menawan selaras dengan lingkungannya.

Dalam usia 10 tahun, pada tahun 1297H, Habib Abubakar bersama ayahnya serta saudaranya Muhammad dan Sidah, berangkat ke Hadramaut. di Hadramaut, Abubakar muda mengabiskan waktunya untuk menuntut ilmu dari berbagai guru terkenal di sana, baik di Damun, Tarim, maupun Seywun. Tidak puas dengan hanya dengan berguru, beliau selalu mendatangi tempat-tempat pengajian dan pertemuan-pertemuan dengan sejumlah ulama terkemuka.

Abubakar kembali ke Indonesia melalui Syihir, Aden, Singapura, dan tiba di Jakarta pada tanggal 3 Rajab 1321 H. Mendapat gemblengan selama tiga belas tahun di Hadramaut, ia yang masih muda itu mendirikan Jamiat Kheir bersama pemuda-pemuda sebayanya.

Setelah Jamiat Kheir berkembang dan semakin banyak muridnya, dalam usia 50 tahun atau pada tanggal 1 Mei 1926 beliau kembali berangkat ke Hadramaut untuk kedua kalinya. Kali ini disertai dua orang putranya, Hamid dan Idrus. Mereka singgah di Singapura, Malaysia, Mesir dan Mukalla sebelum akhirnya tiba di Damun, Hadramaut, pada tanggal 20 Zulqaidah 1344 H.

Di tempat-tempat yang dikunjunginya, beliau bersama dengan dua putranya yang masih berusia 20-an tahun selalu membahas upaya untuk meningkatkan syiar dan pendidikan Islam sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW, "Belajarlah kamu dari sejak buaian sampai ke liang lahat". Habib Abubakar di tempat-tempat yang disinggahi selalu belajar dengan para guru dan sejumlah habib. Di Hadramaut ini, beliau memperbaiki sejumlah masjid, antara lain masjid Al-Mas. Bahkan beliau membangun masjid Sakran yang sampai sekarang masih berdiri dengan megahnya.

Ir. Ali Shahab, putra bungsu almarhum, mantan anggota direksi PERTAMINA yang kini menjadi penasehat Malja Al Shahab, ketika baru-baru ini berkunjung ke Hadramaut telah menyaksikan masjid yang dibangun almarhum ayahnya. Di Jakarta, ada sebuah yayasan yang menangani pemeliharaan masjid ini yang diketuai oleh Ahmad bin Abdurrahman Shahab, salah seorang cucu Almarhum.

Tidak pernah jemu dan lelah berjuang untuk kejayaan Islam dan Alawiyyin, Almarhum tidak segan-segan untuk mencari dan mengumpulkan biaya selama di Jawa, Palembang dan Singapura untuk membangun madarasah di Damun, Hadramaut. Sampai sekarang madrasah ini masih berdiri dengan baik. Beliau juga mendirikan yayasan Iqbal di Damun.

Pada 27 Syawwal 1354 H beliau sampai di Jeddah untuk menunaikan ibadah haji. Kedatangannya di tanah suci berbarengan dengan kedatangan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi dari Kwitang, seorang ulama besar di Jakarta yang menjadi shahabat karibnya. Mereka bersama-sama menziarahi tempat-tempat mulia dan parah tokoh ulama.

Pada awal Muharram 1355 H beliau kembali ke Damun, Tarim. Pada 11 Safar 1356 H bertepatan dengan 23 April 1937 M beliau berangkat pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, beliau disambut oleh shahabat karibnya, Habib Ali Kwitang di sekolah Unwanul Fallah yang dibangun Habib Ali. Keesokan harinya beliau dismbut di sekolah Jamiat Kheir, sekolah yang didirikannya. Baik di Kwitang maupun di Tanah Abang, sejumlah tokoh habaib yang ada memberikan kata-kata sambutan dan pujian kepadanya. Ketika diterima di Jamiat Kheir, sekolah ini dipimpin oleh Muhammad bin Ahmad bin Sumaith.

Berbagai kegiatan di bidang sosial dan pendidikan tidak pernah henti-hentinya dilakukaknnya selama berada di Indonesia, karena bidang ini tidak lepas dari perhatiannya. Bahkan pada 14 November 1940 beliau menghadiri pembukaan madrasah/ma'had di Pekalongan. Madrasah ini dibangun oleh sepupunya, Habib Husein bin Ahmad bin Abubakar Shahab. Pembukaan sekolah di Pekalongan ketika itu mendapat sambutan meriah bukan saja dari warga setempat, tapi juga dari tokoh masyarakat Jakarta, Cirebon, Solo, Gresik, Surabaya dan masih banyak lagi.

Berjuang untuk Islam dan masyarakat, Habib Abubakar tidak pernah berhenti. Bukan hanya mengorbankan tenaga, tetapi juga tidak segan-segan untuk mendermakan harta bendanya. Demikianlah, beliau sebagai wakil dari Al-Rabithah Al-Alawiyyah telah beberapa kali ditugaskan mencarri dana bukan hanya untuk kepentingan kelompok Alawiyyin, tapi juga masyarakat luas.
Pada tanggal 18 Maret 1944 M, saat pendudukan Jepang, tokoh yang juga ikut dalam mendirikan Malja Al Shahab di tahun 1913 bersama sejumlah pemuda Al Shahab ini, menghadap hadrat Allah SWT. Beliau wafat di Jakarta dan dimakamkan di pekuburan wakaf Tanah Abang, tanah wakaf kakeknya. Ketika pemakaman dipindahkan ke Jeruk Purut, tidak ada yang mengetahui dimana jasad beliau dipindahkan. Beliau meninggalkan tujuh orang putra-putri. Putra tertua Abdurrahman, disusul Abdullah, Hamid, Idrus, Zahrah, Muznah dan Ali. Putra terkecilnya, Ir. Ali A. Shahab, pernah menjabat Kepala Divisi Komunikasi dan Elektronika Direktorat PKK Pertamina. Seperti juga almarhum ayahnya, Ali Abubakar Shahab kini aktif di bidang sosial. Patah tumbuh hilang berganti.
(Alwi Saleh Shahab)

Sunday, March 16, 2008

70 70 70 tujuh puluh

Dari milis sebelah,
kabar 70 merk sufor dan bubur susu yang katanya terkontaminasi bakteri.

Daftar A: Produk Daging,
Susu, Telur dan Hasil Olahnya Yang Dilarang
No. Nama Dagang Jenis Produk Negara Asal
1. Elle & Vire Skim Milk UHT rasa vanila Belgia/Perancis
2. Elle & Vire Skim Milk UHT rasa strawberry Belgia/Perancis
3. Elle & Vire Skim Milk UHT rasa cokelat Belgia/Perancis
4. Elle & Vire Skim Milk UHT natural Belgia/Perancis
5. Magnum Ice Cream Belgia (Milk Fat)

Daftar B: Produk Daging, Susu, Telur
dan Hasil Olahnya Yang diamankan Sementara
No. Nama Dagang Jenis Produk Negara Asal
1. Campina Dutch Breda Butter Belanda
2. De Hollandsche Boerin Keju Belanda
3. Pregestimil Susu Bubuk Belanda
4. Breda Mentega Belanda
5. Pere de Du Tomato Daging ayam olahan Perancis
6. Pere de Du Fillet Cordon Daging ayam olahan Perancis
7. Pere de Du Nugets Daging ayam olahan Perancis
8. Perc de Du Drum Sticks Daging ayam olahan Perancis
9. Maya Brand Corned Beef Perancis
10. ABC Corned Beef Corned Beef Perancis
11. President Emmental ex France Keju Perancis
12. President Creme Liquide UHT Perancis
13. President Butter Perancis
14. President Butter salted batangan Perancis
15. President Butter unsalted Perancis
16. Elle & Vire Skimmed milk Perancis
17. Elle & Vire French Butter Perancis
18. Elle & Vire Spredable butter Perancis
19. Elle & Vire French Butter Perancis
20. Elle & Vire Cheese spread Perancis
21. Elle & Vire Cheese Perancis
22. Suny Boy Full Cream Milk Powder Perancis
23. Suny Boy Susu UHT Perancis
24. Plumrose Chicken Hot Dog Jerman

Daftar C: Produk Susu Dalam Negeri
Yang Aman Untuk Digunakan
No. Nama Barang Jenis Produk
1. Frisian Flag Susu Bubuk Full Cream
2. Kompleta Susu Kental Manis
3. Caleimex Susu Rendah Lemak
4. Dutch Lady Susu Cair
5. Susu Bendera 123 Susu Pertumbuhan
6. Susu Bendera Yes! Susu Cair
7. Susu Bendera SKM Susu Kental Manis
8. Enaak Susu Kental Manis
9. Indomilk Susu Kental Manis
10. Indomilk Susu Pasteurisasi
11. Indomilk Susu Evaporasi
12. Kremer Krim Kental Manis
13. Tiga Sapi Krim Kental Manis
14. Tiga Sapi Susu Bubuk
15. Sustagen Susu Bubuk
16. Enfapro Susu Formula Lanjutan
17. Enfragrow Susu Pertumbuhan
18. Enfamil Susu Bayi
19. Bebelac 1 Susu Bayi
20. Bebelac 2 Susu Formula Lanjutan
21. Delilac Susu Pertumbuhan
22. Tropicana Slim Susu Bubuk
23. Nutrifood Susu Bubuk Instan
24. Nutrifood WRP Susu
25. Promina Susu Bubuk
26. Sun Susu Bubuk
27. SMA Susu Bayi
28. S-26 Susu Bayi
29. Promil Susu Formula Lanjutan
30. Procal Susu Pertumbuhan
31. Enercal Susu
32. Nursoy Susu Formula Khusus
33. Bear Brand Susu Steril Cair
34. Cap Nona Susu Kental Manis
35. Cap Nona Susu Evaporasi
36. Carnation Susu Bubuk
37. Carnation Susu Evaporasi Cair
38. Dancow Susu Bubuk
39. Dancow Susu Beraroma
40. Dancow B ali ta Susu Pertumbuhan
41. Lactogen 1 Susu Bayi
42. Lactogen 2 Susu Formula Lanjutan
43. Milkmaid Susu
44. Anlene Susu Bubuk
45. Nan Susu Bayi
46. Anchor Susu Bubuk Full Cream
47. Birch Tree Susu Beraroma
48. Dumes Mames Susu Bayi
49. FMC Powder Susu Bubuk Full Cream
50. Indokilin Susu Bubuk Full Cream
51. Kilimas Susu Beraroma
52. LLM Susu Formula Khusus
53. Milco Susu Beraroma
54. Nini Susu Bayi
55. Sari Husada Susu Bubuk Full Cream
56. SGM Susu Bayi
57. Vitalac Susu Bayi
58. Ultra Susu UHT
Sumber: Ditjen POM Depkes