Thursday, September 6, 2012

Peneliti Senior London Kritisi Pertanian Indonesia


(Ant/Fero Purnama/ed/ama). Petani menunjukkan kondisi tanah sawah padi berusia 30 hari yang mengalami gagal tanam akibat musim kemarau di Kampung Lengkong, Kaler, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Berdasarkan catatan dinas terkait, areal persawahan di Garut dilanda kekeringan musim kemarau 2012 seluas 1.653 hektar dengan total kerugian materi sebesar Rp.25 miliar.
Bogor, (Analisa). Peneliti senior bidang ekonomi, Prof Anne E Booth dari SOAS University of London mengungkapkan, perkembangan pertanian di Indonesia menghadapi tantangan berat dengan hilangnya lahan-lahan produktif bagi petani khususnya di wilayah Jawa.
"Di Jawa, sudah tidak ada lagi lahan-lahan yang bisa digarap. Banyak masyarakat Indonesia yang fokus ke pertanian tapi karena tidak ada lahan jadi harus berpindah profesi," kata Anne saat mengisi kuliah internasional dalam rangka Dies Natalis ke-49 Institut Pertanian Bogor, bertema "The Indonesian agricultural sector" di Kampus Dramaga, Bogor, Rabu (5/9).

Menurut Anne, berkurangnya lahan pertanian ini menjadi salah satu kendala pertumbuhan pertanian di Indonesia. Selain berkurangnya lahan pertanian, Anne juga menyoroti regulasi atau kebijakan pembangunan pemerintah saat ini tidak berpihak pada petani.

Ia membandingkan, pada era kepemimpinan Presiden Soeharto pertanian Indonesia stabil dan mampu mencapai swasembada.

Melalui ekspor yang besar, pemerintah dapat melakukan pembangunan di pedesaan. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi tersebut kian menurun.

"Di era 60 an, pertanian Indonesia cukup bagus, bahkan bisa ekspor. Dari ekspor pemerintah dapat melakukan pembangunan di daerah. Tapi, saat ini kondisinya berubah, anggaran pemerintah sangat terbatas, sehingga pembangunan ekonomi pertanian di daerah jadi tidak merata," katanya.

Anne juga mengatakan, rendahnya produksi pertanian karena beberapa faktor tersebut mendorong pemerintah melakukan impor.

Menurut Anne, impor tidak sepenuhnya salah, karena dengan adanya impor dapat menekan harga pasar yang melambung karena tidak sebandingnya permintaan dengan ketersediaan barang.

"Saya tidak setuju kalau impor dihentikan. Justru impor penting untuk membantu menekan harga. Hanya perlu regulasi impor yang tidak merugikan petani," katanya.

Anne menegaskan, diperlukan kebijakan pemerintah yang berpihak pada petani, sehingga petani memiliki ruang untuk berproduksi dengan lebih leluasa.

Upaya transmigrasi menurut Anne, perlu dipertahankan untuk mengembangkan wilayah di luar Jawa yang masih memiliki potensi untuk digarap.

"Manfaatkan lahan hutan yang sudah tidak terpakai untuk digarap menjadi lahan pertanian ataupun perkebunan, jika lahan tersedia pertanian akan berjalan tentunya di dorong oleh kebijakan pemerintah," katanya.

Peran Swasta Sangat Dibutuhkan

Selain itu, lanjut Anne, peran swasta sangat dibutuhkan dalam membantu peran pemerintah yang memiliki keterbatasan dalam menyediakan anggaran.

"Sektor swasta harus membantu pemerintah, karena pemerintah anggarannya terbatas. Sektor swasta dapat membantu lewat pijaman modal atau kerjasama dengan petani yang dapat diatur dengan sistem bagi untung bersama," katanya.

Kuliah internasional dibuka secara resmi oleh Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto, yang sangat mengapresiasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

Menurut Rektor, IPB terus berupaya dalam mendorong peningkatan pertanian Indonesia melalui inovasi yang dihasilkannya. "Diharapkan dalam pertemuan ini menghasilkan sebuah gagasan yang dapat dinformasikan kepada pemerintah sehingga tercipta sebuah regulasi yang akan mendorong pertanian Indonesia," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Kuliah intenasional, Rahmat Yanuar, menyebutkan, tujuan pelaksanaan kegiatan kuliah internasional tersebut untuk melihat kembali bagaimana kinerja pertanian di Indonesia dari pandangan para peneliti senior yang sudah lama melakukan penelitian di Indonesia.

"Kuliah ini menghadirkan tiga pembicara, yakni peneliti senior dari SOAS Univerisity of London Prof Anne E Booth, DR Parulian Hutagaol, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi dan DR Muhammad Firdaus wakil dekan Fakultas Pertanian," katanya.

Rahmat menyebutkan, dalam kuliah umum tersebut, peneliti senior Anne yang sudah puluhan tahun meneliti di Indonesia akan memaparkan 12 pertanyaan terkait pertumbuhan pertanian Indonesia.

Pertanyaan tersebut akan ditanggapi oleh dua pembicara dari IPB. Selain itu juga, pertemuan juga diisi dengan diskusi. "Hasil dari diskusi ini akan menjadi rumusan kita dalam menyampaikan kepada pemerintah khususnya dalam kebijakan pertanian," katanya. (Ant)

Indonesia Berpeluang Ekspor Pangan ke Mongolia

Ulan Bator, (Analisa). Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Imron Cotan mengatakan Indonesia berpeluang memasok bahan pangan seperti beras, gula, dan minyak kelapa sawit ke Mongolia.
"Banyak komoditas unggulan Indonesia yang telah lama dikenal di pasar Mongolia seperti produk farmasi, produk makan olahan seperti mi instan, biskuit dan lainnya," katanya kepada ANTARA di Ulan Bator Mongolia, Rabu (5/9).

Sejumlah produk unggulan Indonesia itu antara lain sanaflu, super mi, mi sedap, sabun, dan lainnya.

Namun, lanjut Dubes Imron, Mongolia sangat membutuhkan beras, gula dan minyak kelapa sawit. "Mereka berharap dapat mengimpor beras, minyak kelapa sawit dan gula dalam jumlah banyak," katanya.

Imron mengatakan secara umum kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Mongolia menunjukkan peningkatan signifikan.

"Volume perdagangan kedua negara pada 2011 tercatat enam juta dolar AS," katanya.

Dari jumlah tersebut, Indonesia mengekspor komoditas non minyak dan gas dengan nilai 3,8 juta dolar AS dan impor sebesar 2,2 juta dolar AS, tutur Imron.

"Berdasar jumlah itu terjadi surplus di pihak Indonesia sebesar 1,6 juta dolar AS," katanya menambahkan.

Untuk 2012 terlihat kecenderungan penunjukkan peningkatan volume perdagangan antara kedua negara. "Jika pada periode Januari-Mei 2011 tercatat 1,42 juta dolar AS, maka pada periode yang sama untuk 2012 tercatat 2,19 juta dolar AS atau naik 54,90 persen, tuturnya. (Ant)

Indonesia Siap Tandatangani Pengadaan Beras dari Kamboja


Siem Reap, Kamboja, (Analisa). Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan Indonesia siap menandatangani pengadaan cadangan beras dari Kamboja yang volumenya sekitar 100.000 metrik ton untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
"Prinsipnya kita akan teken MOU pengadaan cadangan beras secepatnya, tidak hanya dengan Kamboja, tetapi juga dengan Laos, Vietnam dan negara lain," katanya seusai pembukaan Pertemuan ke-44 Menteri Ekonomi ASEAN oleh Perdana Menteri Kamboja Hun Sen di Siem Reap, Senin (27/8).

Menurut dia hal ini dilakukan untuk ketahanan dan keamanan pangan jika suatu waktu diperlukan. Menurut Gita, pembahasan mengenai kerjasama pengadaan cadangan beras dari Kamboja itu sudah lama dilakukan dengan melibatkan Bulog sebagai badan penyangga pangan khususnya beras.

Di tengah pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN ada desakan dari Kamboja agar MOU kerjasama itu segera ditandatangani oleh Menteri Perdagangan kedua negara.

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebelumnya pernah meminta Indonesia membeli beras dari Kamboja karena negeri itu memiliki surflus produksi beras ratusan ribu ton dan juga berharap agar pengusaha Indonesia bisa melakukan investasi pasca-panen seperti dalam bidang teknologi penggilingan gabah.

Kamboja terkenal sebagai negara agraris karena 80 persen penduduknya bertani. Kamboja memproduksi 8,25 juta ton beras tahun 2011.

Pada tahun 2012, Kamboja mentargetkan eskpor beras sebanyak 180.000 ton. Sampai dengan 2015, Kamboja mematok target ekspor beras sedikitnya 1 juta ton. "Saya niat untuk meneken MOU itu segera, tidak perlu menunggu sampai bulan November 2012 saat KTT ASEAN berlangsung di Phnom Penh," katanya.

Menurut Duta Besar Indonesia di Kamboja Soehardjono Sastromihardjo Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono akan menghadiri kunjungan kenegaraan ke Kamboja sehari sebelum KTT ASEAN pada 16-18 Nopember 2012.

Sambut Baik MoU

Para pengusaha Indonesia yang berbisnis di Kamboja menyambut baik rencana penandatanganan MoU soal pengadaan beras dari Kamboja. Direktur Pengembangan Bisnis PT Galuh Prabu Trijaya Mohamad Helmi BB menyatakan kerjasama itu akan membantu para pengusaha Indonesia di Kamboja memperluas usahanya karena terdapat payung hukum yang jelas.

Perusahaan Helmi sudah beroperasi sejak tahun 2005 dengan membantu para petani lokal dan menguasai lahan lebih dari 1,2 juta hektar. PT Galuh membantu petani dari mulai menanam yang produktif, menyediakan pupuk yang dipasok dari Indonesia, sampai traktor dan penggilingan gabah.

Selama ini, kata Helmi, para petani setempat hanya berproduksi 2 ton per hektare dan hanya panen dua kali dalam setahun.

Dengan bantuan teknologi pertanian, penyediaan pupuk, dan bimbingan perusahannya, petani Kamboja bisa panen tiga kali dalam setahun dengan produksi antara 6 sampai 7 ton per hektare.

Untuk membimbing petani lokal, PT Galuh Prabu Trijaya, membawa lebih dari 300 petani Indonesia untuk bekerja di lahan pertaniannya yang tersebar di sejumlah propinsi seperti Kompong Thom dan Kompong Cham.

Biasanya, lanjut Helmi, produk gabah dan beras kelompok koperasi Khythay Corp dijual ke Thailand atau negara lain. "Jika Bulog membeli beras Kamboja produksi petani kami, akan lebih baik lagi karena bagaimanapun itu sebetulnya produksi pengusaha Indonesia walau lahannya di Kamboja," katanya.

Ia membandingkan dengan lahan perkebunan sawit milik pengusaha Malaysia di Indonesia.

"Pengusaha Malaysia bisa memiliki kebun sawit di Indonesia karena pemerintahnya membantu memberikan fasilitas dan payung hukum. Pengusaha Indonesia juga bisa memiliki lahan pertanian di Kamboja dengan bantuan payung hukum pemerintah," katanya.

Pengusaha lain, Rudy Halim dari PT.Padi Tonle, juga meminta dukungan legalitas dan payung hukum. "Jangan sampai kami investasi di sini, lalu uangnya amblas, tanpa ada perlindungan dari pemerintah atau minimal KBRI," katanya.

Ia menyambut baik MoU soal beras tersebut karena akan menjadi semacam legalitas dan perlindungan usahanya di Kamboja. (Ant)

Bandara SIM, Transit Pesawat Haji Wilayah Barat

Banda Aceh, (Analisa). Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar pada tahun ini masih dipercayakan sebagai tempat transit bagi penerbangan jemaah calon haji (calhaj) wilayah Barat pada musim haji 2012/1433 H
Calhaj yang akan transit di Bandara SIM adalah dua penerbangan yang berangkat dari embarkasi haji Balikpapan dan Banjarmasin sebelum terbang kembali menuju Bandara King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi.

"Jadi pada musim haji tahun ini, Bandara SIM masih tetap digunakan sebagai bandara transit haji di wilayah Indonesia Barat, yaitu calhaj asal dua embarkasi lain di tanah air dan diangkut dengan penerbangan Garuda Indonesia. Pesawat transit untuk mengisi bahan bakar di Bandara SIM sebelum melanjutkan perjalanan menuju Arab Saudi," ujar General Manager PT Garuda Indonesia Banda Aceh, Dwi Khrisbiantoro kepada wartawan, Rabu (5/9).

Disebutkan, Bandara SIM Blang Bintang telah dinyatakan layak untuk bandara transit di wilayah barat Indonesia. Calhaj Banjarmasin yang transit di Bandara SIM sebanyak 15 kelompok terbang (kloter) dan Balikpapan 16 kloter.

Pada musim haji tahun 2012, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia Airways akan menerbangkan sebanyak 112.683 jemaah calon haji Indonesia untuk menunaikan rukun Islam kelima di Arab Saudi, yang akan diterbangkan dari 10 embarkasi haji di Indonesia masing-masing Embarkasi Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jakarta/Halim, Solo, Balikpapan, Banjarmasin, Ujungpandang dan Lombok.

Sedangkan khusus untuk Aceh sendiri, total calhaj tahun 2012 tercatat sebanyak 3.984 orang yang tergabung dalam 13 kloter. "Selain 13 kloter dari Embarkasi Banda Aceh, akan ada pesawat transit di Bandara SIM dari Balikpapan sebanyak 15 kloter dan Banjarmasin 16 kloter," sebutnya.

Untuk fase pertama (keberangkatan) akan dimulai serentak pada 21 September, kecuali Banjarmasin 25 September dan berakhir 20 Oktober. Sedangkan fase II (kepulangan) mulai 31 Oktober sampai 1 Desember 2012.

Carteran

Pesawat yang mengangkut calhaj Aceh adalah pesawat carteran jenis Boeing Seri 767-300ER Thomas Cook dari Maskapai Penerbangan Inggris dan Airbus 330 Hi Fly dari Portugal dengan masing-masing kapasitas setiap penerbangan 325 seat penumpang.

"Sebagai informasi tambahan dan service dari Garuda Indonesia, untuk fase II akan melewati "West Terminal" guna kenyamanan jemaah. Ketentuan barang bawaan 1 koper besar maksimal berat 32 kilogram tambah 1 tas tentengan (troley) maksimal 7 kilogram," ungkap Dwi.

Sementara itu, terkait dengan persiapan pemberangkatan calhaj asal Aceh, Dwi Khrisbiantoro menjelaskan, sejauh ini akan terus dipersiapkan "Kita dari pihak Garuda telah mengontrak sebanyak 16 pramugari dan pramugara haji yang direkrut khusus dari putra dan putri terbaik Aceh, untuk memberikan pelayanan kepada para jemaah," tandasnya. (mhd)