Monday, November 25, 2013

Sumur Gas di Langkat dapat Atasi Krisis Gas di Sumut

gambar_berita
(Analisa/Alimuddin Lubis) RESMIKAN: Gubsu, Gatot Pujo Nugroho didampingi GM Pertamina EP Field Pangkalan Susu, Irwansyah meresmikan pengoperasian perdana sumur ladang gas Benggala I di Kabupaten Langkat, Senin (25/11). Ladang gas baru ini bisa mengatasi krisis gas di Sumut.

Langkat, (Analisa). Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho mengharapkan pengoperasian ladang sumur gas Benggala I di wilayah Pertamina EP Field Pangkalan Susu, dapat menjadi solusi mengatasi krisis gas di Sumatera Utara.

Hal itu dikemukakan Gubsu saat meresmikan pengoperasian sumur ladang gas Benggala I EF Pangkalan Susu di Kecamatan Binjai, Kabupaten langkat, Senin (25/11).

“Saat ini Sumut mengalami krisis gas. Kita harapkan dengan dioperasikanya sumur ladang gas Benggala I di Langkat ini dapat membantu memenuhi kebutuhan gas di Sumut,” kata Gubsu. 

Kebutuhan gas baik industri maupun rumah tangga di Sumut diperkirakan mencapai 22 mmscfd. Pasokan gas ke Sumut hanya mencapai sekira 14,6 million standard cubic feet per day (mmscfd) sehingga Sumut masih mengalami krisis energi terutama gas yang cukup tinggi.

Gatot mengucapkan rasa syukur atas pengoperasian Benggala I yang dinilainya merupakan salah satu langkah bijak yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi krisis energi di Sumut. “Gas yang dihasilkan Benggala I dapat langsung dimanfaatkan industri tanpa melalui proses yang seharusnya dilakukan,” ucap Gatot.

GM Pertamina EP Field  Pangkalan Susu, Irwansyah mengatakan, sumur ladang gas Benggala I merupakan keberhasilan pihaknya dalam upaya menemukan sumber  energi baru berupa ladang gas di Langkat.  

Explorasi yang menelan biaya sekira 16 juta US $ itu, mampu menghasilkan 2,6 million mmscfd setiap harinya dan diharapkan dapat mengurangi krisis energi gas di Sumut.

“Benggala I merupakan investasi yang mahal serta keberhasilan Pertamina menemukan sumber energi baru yang dapat memenuhi kebutuhan energi  gas yang terus meningkat di Sumut,” kata Irwansyah.  

Untuk mengatasi krisi energi yang terus meningkat itu, Pertamina akan terus berupaya melakukan pencarian sumber energi baru. ”Dalam waktu dekat Benggala II, dan benggala III akan segera dilakukan pengeboran, sehingga jumlah produksi gas akan terus meningkat,” tambah Irwansyah.

Pengeksplorasian Benggala II yang akan menelan biaya sekira 20 juta US $ itu, diharapkannya dapat didukung stake holder yang ada di Langkat maupun Sumut.

Sebab diakuinya, pihaknya membutuhkan dukungan moril dari pemerintah daerah maupun masyarakat, agar upaya yang silakukan perusahaan negara itu dapat berjalan baik. (als/rs)

Wednesday, November 13, 2013

Lokasi koin emas di Aceh bekas perakitan senjata 400 ahli Turki

Putroe Canden mengalami kesurupan di Kantor Desa Gampong Pande. Saat kesurupan dirinya meminta pedang dikembalikan.
Lokasi koin emas di Aceh bekas perakitan senjata 400 ahli Turki
Merdeka.com - Gampong Pande (Desa Pinter) heboh menyusul temuan koin emas di rawa-rawa. Di desa yang terletak di titik nol Banda Aceh itu dulunya lokasi tempat perakitan persenjataan Kerajaan Aceh Darussalam.

Bahkan ketika masa kepemimpinan kerajaan Sultan Alkahar mengundang 400 tenaga ahli perakitan persenjataan dan meriam dari Turki. Saat itu, agenda besarnya adalah untuk mengusir Portugis yang telah menjajah kerajaan Aceh Darussalam saat itu.

"Gampong Pande ini pusat pembuatan senjata, ada banyak meriam besar-besar dibuat di sini, bahkan raja mengundang 400 tenaga ahli dari Turki kala itu," tegas salah seorang sejarawan Aceh, Rusdi Sufi, Selasa (12/11) di Banda Aceh.

Dijelaskannya, perakitan persenjataan tersebut guna untuk melawan penjajahan yang dilakukan oleh Portugis saat itu.
"Portugis saat itu menjajah Aceh Darussalam untuk menghancurkan peradaban Islam kala itu," jelas Rusdi.

Hal ini juga dibenarkan oleh salah seorang kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid, bahwa Gampong Pande selain pusat kerajinan juga gudang persenjataan yang besar untuk melawan Portugis. "Benar, di situ juga dulu gudang persenjataan dan tempat perakitan senjata seperti meriam," ulas Tarmizi.

Rusdi Sufi meminta Pemerintah Aceh untuk bertanggung jawab soal kelestarian artefak peninggalan masa kesultanan di masa lampau itu. Pasalnya, itu sudah menjadi cagar budaya yang sudah dilindungi dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia.

"Semestinya pemerintah harus bergerak cepat menyelamatkan artefak itu, karena itu cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya," kata Rusdi Sufi di kantornya, Selasa (12/11).

Harusnya, pemerintah proaktif menyelamatkan artefak itu sebagai bukti kejayaan kerajaan di Aceh di masa lampau. "Jangan sampai kekayaan artefak Aceh itu dimiliki oleh orang lain di luar negeri," jelas Rusdi.

Sedangkan kolektor manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid menyebutkan, pemerintah semestinya harus mencegah artefak Aceh berpindah tangan pada negara lain. Saat ini, ia sendiri kecewa pada pemerintah yang dinilai lambat dalam bergerak. "Pemerintah harus buat aturan segera terkait dengan itu, semestinya pemerintah harus cepat bergerak dan bila perlu pemerintah menebus koin emas itu dari warga yang menemukannya," tukas Tarmizi.

Selain itu, kepentingan untuk menyelamatkan artefak itu untuk kepentingan pendidikan. Jadi penting pemerintah mempersiapkan tim ahli untuk melakukan penelitian lebih lanjut. "Perlu diteliti lebih lanjut, termasuk untuk kepentingan memastikan keasliannya," sebut Tarmizi.
[tts]

Warga Temukan Dua Pedang Berlapis Emas Peninggalan VOC Kutaraja - Banda Aceh

Warga Temukan Dua Pedang Berlapis Emas Peninggalan VOC
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Perburuan koin emas di Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh, terus berlanjut meski sudah ada larangan.
Pada hari ketiga, Rabu (13/11/2013), suasana semakin heboh dengan ditemukannya sepasang pedang bercap VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie/persekutuan dagang bentukan Belanda pada tahun 1602).
Menurut informasi yang dihimpun Serambi, sepasang pedang berbahan dasar besi (kuningan) dan bersepuh emas di beberapa bagian itu ditemukan pukul 15.10 WIB, Rabu (13/11/2013) oleh seorang pemuda yang tidak diketahui identitasnya. Pedang sepanjang lebih kurang satu meter tersebut bertuliskan "Shaver Cool VOC."
Keuchik Gampo Pande Amiruddin menceritakan, sekitar pukul 15.10 wib, warganya memergoki seorang pemuda menenteng goni berisi sesuatu. Ketika ditanyakan apa isi goni tersebut, si pemuda yang mengaku dari Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, tersebut menjawab isinya kayu.
"Karena terlihat agak gugup, warga memeriksa isinya ternyata sepasang pedang. Si pemuda mengaku menemukan pedang tersebut di Kuala Krueng Geudong (tempat temuan koin emas)," kata Amiruddin.
Menurut kesaksian warga Gampong Pande, pemuda tersebut bersama teman-temannya sudah terlihat menuju ke areal Krueng Geudong pada Selasa malam sekitar pukul 23.30 WIB. Sayangnya, setelah benda temuannya diamankan warga, sang pemuda langsung menghilang seperti orang ketakutan.
Pedang VOC yang ditemukan warga di Kuala Krueng Geudong, telah diamankan di Kantor Keuchik Gampong Pande setelah sempat diperlihatkan selama beberapa menit kepada masyarakat yang menyesaki kompleks kantor kepala desa tersebut.
Pada bagian gagang pedang sepanjang masing-masing lebih kurang satu meter itu ada cap VOC. Pangkal gagangnya diyakini berlapis emas menyerupai kepala harimau dengan bilah motif bunga-bunga berwarna putih dengan sarung terbuat dari tembaga.
Bagian dalam pedang itu, menurut kesaksian warga terbuat dari besi putih. "Warga saya melakukan tradisi peusijuek terhadap pedang ini sekaligus kami melaksanakan pengajian dan doa bersama agar terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan," kata Keuchik Amirrudin. (mir/nas)