Jakarta -
Investasi merupakan dana lebih yang dicadangkan masyarakat demi
mendapat imbal hasil di kemudian hari. Dari sekian banyak instrumen
investasi, tanah adalah yang paling menjanjikan. Ini terbukti dengan
kenaikan rata-rata per tahun 15% pada instrumen tanah.
Menurut
Ekonom Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, pasar finansial masih
diselimuti ketidakpastian. Meski komitmen IMF, ECB dan Uni Eropa
melakukan penyelematan bersyarat atas Yunani, aksi yang dilakukan
investor adalah wait and see.
Selama itu, investor cenderung
melarikan dananya ke instrumen yang dinilai aman (safe heaven) seperti
mata uang dollar AS, ataupun emas. Kedua instumen ini bukan pula
dikatakan investasi aman.
Emas meski naik, namun volatilitasnya
sangat tinggi. Mata uang dollar AS juga diselimuti kekhawatiran, saat
bank sentral AS (The Fed) terus mencetak uang untuk mennstimulus ekonomi
dalam negeri mereka.
"Maka yang paling baik adalah tanah,
apalagi dengan didukung oleh KPR (Kredir Pemilikan Rumah). Masyarakat
kita juga cenderung menghadirkan rumah dulu dibandingkan investasi di
pasa finansial," jelas Fauzi di Kampus FE UI, Depok, Kamis (23/2/2012).
"Apalagi
kecenderungan bunga deposito lebih rendah. Sekitar 6%-7%. Pada males ke
deposito. Bnyk ke tanah. Semakin banyak membeli sawah, dan bukan lagi
tuan tanah yang menunggui tanahnya. Tapi pembeli tanah adalah investor
di kota. Jadi bergeser," paparnya.
Meski demikian, potensi
investasi pada instrumen saham masih terbuka lebar. Dalam jangka
panjang, ekonomi Indonesia akan tumbuh dan berdampak pada aliran modal
yang makin deras.
Bagi Standard Chartered Indonesia, prospek
bisnis terbaik ada pada seektor konsumer ritel seperti otomotif, rokok,
semen, dan lain-lain. Sektor ini dianggap paling kebal terhadap krisis
yang masih menyelimuti dunia. Konsumer juga ditopang oleh pertumbuhan
PDB dan suku bunga global yang relatif rendah.
"Investor sudah
mulai hilang kepercayaan terhadap mata uang. Kalau ga ke saham, ya ke
komoditas dan properti. Yang gampang ke lahan. Berdampak positif ke
emiten properti, tapi lebih ke pemilik properti langsung. Makanya kalau
punya uang, beli tanah sekarang," tegasnya.
(dtc)
No comments:
Post a Comment