Saturday, August 1, 2015

Profil Kabupaten Langkat

Profil

Nama Resmi:Kabupaten Langkat
Ibukota:Stabat
Provinsi :Sumatera Utara
Batas Wilayah:
Utara: Prov. Nangro Aceh Darussalam (NAD)
Selatan: Kabupaten Karo
Barat: Prov. NAD dan Tanah Alas
Timur: Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai
Luas Wilayah:
6.262,00 km2
Jumlah Penduduk:1.030.834 Jiwa 
Wilayah Administrasi:
Kecamatan : 23, Kelurahan : 37, Desa : 240
Website:




(Permendagri No.39 Tahun 2015)

Sejarah

A. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang
Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkatmasihberstatuskeresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :
  1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892
  2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
  3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada didesa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja di daerahnya.
Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak
  1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :
    • Kejuruan Selesai
    • Kejuruan Bahorok
    • Kejuruan Sei Bingai
    • Distrik Kwala
    • Distrik Salapian
  2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu :
    • Kejuruan Stabat
    • Kejuruan Bingei
    • Distrik Secanggang
    • Distrik Padang Tualang
    • Distrik Cempa
    • Distrik Pantai Cermin
  3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.
    • Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.
    • Distrik Pulau Kampai
    • Distrik Sei Lepan
Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945.

B. Masa Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.

Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.
Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu :
  1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai
  2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura
  3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir.
Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:
  1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974
  2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979
  3. R. Mulyadi 1979 – 1984
  4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989
  5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994
  6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998
  7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999
  8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009
  9. Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang

Arti Logo

Pengertian Lambang (Bentuk Lambang)
  1. Sebuah bintang berwarna emas dan kuning gading melambangkan dasar falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
  2. Perisai berwarna kuning gading dan 2 buah bambu warna kuning gading melambangkan perjuangan rakyat mencapai kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila.
  3. Untaian padi dan kapas (17 dan 8) melambangkan tanggal 17 bulan 8 tahun 1945 dan keseluruhannya berarti melambangkan kesejahteraan rakyat.
  4. Tapak sirih warna coklat muda dan hiasannya coklet tua melambangkan kebudayaan dan adat istiadat Langkat.
  5. Sampan nelayan dengan warna layarnya coklat muda dan badannya warna hitam, melambangkan bahwa daerah Langkat berpantai luas rakyat bersemangat bahari.
  6. Keris berwarna putih dan gagangnya berwarna coklat tua, melambangkan semangat patriotisme rakyat Langkat.
  7. Pita berwarna merah tulisannya "Kabupaten Langkat" berwarna putih menyatakan Daerah Langkat.
B. Arti Warna
  1. Hijau              : lambang kemakmuran (dasar lambang)
  2. Kuning Emas   : lambang kebesaran jiwa dan kemurnian adat
  3. Kuning Gading : lambang kejayaan
  4. Merah             : lambang semangat yang menyala-nyala
  5. Biru Air           : lambang kecintaan kesetianan pada tanah
  6. Putih              : lambang kesucian dan kemurnian
  7. Coklat            : lambang kepribadian/ kesuburan tanah langkat
  8. Hijau              : lambang kejujuran dan keteguhan

Nilai Budaya

Kabupaten Langkat yang luasnya mencapai 6.262,00 km2 memiliki potensi wisata yang lengkap dan beragam, mulai dari wilayah pesisir pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Para wisatawan bisa leluasa memilih objek wisata mana yang hendak dituju. Semua menjanjikan pengalaman yang mengesankan.
    Kabupaten Langkat juga kaya akan aliran sungai yang pada umumnya berasal dari Dataran Tinggi Gayo dan Bukit Barisan yang bermuara ke Selat Sumatera. Karena itu, Kabupaten Langkat memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata alam. Selain itu, sebagai bekas wilayah Kerajaan Langkat, Kabupaten Langkat memiliki berbagai peninggalan sejarah dan budaya masa lalu. Karena itu, wilayah ini pun memiliki potensi pariwisata budaya yang luar biasa.
    Objek wisata yang ada di Kabupaten Langkat sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi, hiburan, menambah pengetahuan, maupun ziarah (wisata religi). Banyaknya ragam objek wisata yang ada di wilayah ini, tentunya memberikan banyak pilihan kepada wisatawan. Apalagi objek-objek wisata yang tersebar di Kabupaten Langkat tersebut ditunjang oleh sarana transportasi dan akomodasi yang memadai, sehingga wisatawan benar-benar dapat bersantai tanmpa khawatir kekurangan fasilitas penunjang pariwisata.

No comments: