Wednesday, July 6, 2011

5 Warga Tertembak saat Penggusuran di TNGL Sumatera Utara

TRIBUNNEWS.COM, KUALA SIMPANG – Penggusuran yang dilakukan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB TNGL) di Sumatera Utara terhadap pengungsi eks konflik Aceh akhirnya memakan korban.

Lima pengungsi asal Aceh dan anggota kelompok tani setempat terkena tembakan peluru aparat keamanan saat mereka melawan upaya penggusuran di Desa Sei Minyak, Kecamatan Sei Lepan, Besitang, Kabupaten Langkat, Sumut, Senin (27/6/2011).

Namun, tembakan itu tak mengakibatkan jatuhnya korban tewas.

Penggusuran yang sudah beberapa kali tertunda itu berhasil merobohkan empat rumah warga. Tapi aksi tersebut mendapat perlawanan dari pengungsi dan warga setempat.

Mereka menggempur tim penggusur menggunakan batu dan kayu. “Akibatnya, aparat kepolisian melepaskan gas air mata bahkan tembakan ke arah pengungsi,” lapor Direktur Lembaga Advokasi Hutan Lestari (Lembahtari), Sayed Zainal kepada Serambi (Tribunnews.com Network), Senin (27/6/2011).

Menurut Sayed, tiga warga terkena tembakan peluru tajam di bagian belakang tubuhnya. Dua lagi terkena tembakan peluru tajam di kaki dan dada. Tiga warga juga ditangkap dan mendapat penyiksaan walaupun saat ini sudah dilepas kembali.

Pascakejadian, kata Sayed, kelima korban yang tertembak sudah dievakuasi untuk mendapat perawatan di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Susu, Sumut.

Sayed melukiskan, penggusuran yang dilakukan BB TNGL itu dikawal oleh aparat kepolisian dan TNI. Sebelum penggusuran dimulai, pengungsi sepakat melakukan dialog dengan pihak TNGL dan aparat kepolisian dari Polres Langkat.

Dialog awalnya direncanakan pukul 10.00 WIB di salah satu sekolah di Sei Minyak, sekitar dua kilometer dari rumah warga yang digusur pasukan gajah TNGL.

Namun, saat warga sudah lama menunggu, tiba-tiba alat berat dan pasukan gajah TNGL menggusur empat rumah warga di Simpang Tiga Tower Desa Sei Minyak.

Kapolres Langkat juga dilaporkan kakinya terkena lemparan batu. Seorang anak buahnya terluka bibirnya akibat dilempar pengungsi.
Sayed menambahkan, penggusuran itu mendapat perlawanan dari sekitar 4.000 warga yang menghuni kawasan TNGL.

Warga meminta TNGL menghentikan penggusuran terhadap rumhttp://www.blogger.com/img/blank.gifah dan kebun mereka. Tapi TNGL tetap bersikeras melakukan penggusuran. Setelah melihat kondisi yang tak menguntungkan, akhirnya Kapolres menghentikan sementara operasi penggusuran.

“Jika TNGL memaksa terus melakukan penggusuran, dipastikan akan bertambah korban di pihak warga. Soalnya, mereka telah siap mati untuk mempertahankan haknya,” ujar Sayed Zainal.

Hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 17.00 WIB kemarin, aparat keamanan dari unsur TNI dan Polri bersama pasukan gajah dan wana (semacam polisi hutan) dengan sembilan alat berat sudah menarik diri dari lokasi penggusuran. Warga pun sudah kembali ke rumahnya.

Tribun News

No comments: