Tuesday, October 13, 2015

Mesjid Raya Stabat, Langkat dibangun tahun 1904


Setelah dua tahun berdirinya Masjid Azizi di Tanjungpura semasa pemerintahan Sultan Musa, Kejuruan Stabat pun tidak ketinggalan untuk membangun masjid diwilayahnya ,dalam tahun 1904 mulai dikerjakan pembangunan masjid yang kini bernama Masjid Raya Stabat  .
Semasa Kejuruan Stabat T HM Khalid, masjid ini  mulai berkembang dan terakhir diteruskan oleh ahli warisnya diantaranya Tengku Soelung Chalizar dan terakhir dilanjutkan oleh Tengku Syamsul Azhar hingga sekarang. Dengan luas areal 4.454 meter persegi,semula bangunan masjid ini terdiri dari bangunan induk seluas 20 meter persegi delapan,ditambah teras dua meter keliling dengan satu buah menara.Ketika itu jama’ah yang dapat ditampung hanya berkisar 300 orang.
gbr
Belakangan ,teras masjid ditambah lagi dengan swadaya dan partisipasi masyarakat setempat,demikian pula pada bagian atapnya mulai direhab.Dulunya bagian atap kubang terbuat dari kayu besi dari Kalimantan,karena lapuk dimakan usia akhirnya atap kubah diganti dengan seng.
Rehabilitasi masjid silih berganti,namun perkembangannya terasa sangat lamban. Ketika itu bangunan  teras ditambah lagi semasa Bupati  Langkat  H Marzuki Erman.( 1986 ).

gbr

Tengku  Soelung Chalizar selaku Nazir Masjid bersama adiknya Tengku Syah Djohan yang baru diangkat sebagai Lurah Stabatbaru ( 30 Nopember 1991) dengan bantuan swadaya masyarakat yang dikoordinir H Ibnu Kasir selaku pengurus BKM Masjid Raya Stabat,  meneruskan pembangunan  dan rehab masjid tersebut yang hingga kini berkembang pesat.
Sejak Bupati Langkat H Marzuki Erman, H. Zulfirman Siregar,H Zulkifli Harahap dan H Syamsul Arifin SE serta Haji Ngogesa Sitepu sebagai Bupati Langkat sekarang ini , perhatian terhadap perkembangan dan keberadaan masjid diibukota kabupaten ini, terus berlanjut . Sejak 5 Nopember 1994, tanah lapangan masjid sudah bertambah seluas 1.695 meter persegi yang merupakan wakaf mantan bupati alm H Zulkifli Harahap. Sekarang Masjid Raya Stabat sudah dapat menampung 1.350 jama’ah dengan fasilitas kamar wudhuk khusus kaum perempuan disamping kamar wudhuk yang sudah ada sebelumnya, selain itu terdapat bangunan Gedung Perpustakaan yang meraih Juara Harapan dalam lomba perpustakaan masjid se-Sumut tahun 2001.




Selama tiga tahun berturut-turut ( 1996-1998 ),Masjid Raya Stabat dijadikan sebagai lokasi pelepasan jama’ah calon haji sekabupaten Langkat. Bahkan jamaah haji asal NAD (Naggroe Aceh Darussalam) yang ketika itu berangkat melalui Bandara Polonia Medan,juga menjadikan Masjid Raya Stabat tempat transit.
Sementara itu salah satu keistimewaan masjid ini, terlihat pada setiap bulan Ramadhan, yaitu pengadaan menu khusus untuk bukan puasa bersama . Menunya merupakan makanan ringan khas Melayu yakni Bubur Pedas. Acara berbuka puasa bersama juga terbuka untuk para musafir yang singgah ke masjid ini.
Semasa Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu SH penataan halaman masjid terus berlanjut dan pada bagian samping kanan terdapat kantin tempat pedagang makanan yang tertata rapi yang dibangun sejak tahun 2010. Kantin tersebut pada tahun 2013 dibangun secara permanen dengan tiang stainless,atap seng daan lantai keramik seukuran 21 kali 4 meter.
Pada tahun itu juga kamar wudhuk direhab secara permanen dan pada bagian atasnya (lantai dua ) merupakan Aula Masjid Raya Stabat yang dimanfaatkan secara khusus untuk tempat pengajian, manasik haji dan umrah.
gbr
Hingga kini keberadaan Masjid Raya Stabat,menjadi tempat persinggahan dari kaum muslimin terutama jamaah yang melakukan perjalanan lintas Banda Aceh - Medan dan sebaliknya.  Kini Masjid Raya Stabat yang menjadi kebanggaan bagi warga ibu kota Kabupaten Langkat tersebut, merupakan tempat persinggahan bukan saja untuk beribadah ,tetapi juga untuk sekedar melepas lelah dalam perjalanan lintas Sumatera yang didukung areal parkir dan halaman yang asri. (LangkatOnline/KT&T)

No comments: