Tuesday, February 12, 2008

H. Syamsul Arifin Tatap Muka dan Ceramah di Hadapan 70 Pemimpin Gereja PGPI Sumut-NAD di Sibolangit

Mencari dan memilih daerah Sumut ke depan tidak harus dipersoalkan dari faktor suku mau pun agamanya. Pemimpin ke depan itu harus memiliki program dan skedul yang jelas serta tidak muluk-muluk. Pemimpinnya cukup memiliki 4 program. Pemimpin itu harus takut pada Tuhan, peduli kepada umat atau masyarakatnya, bertanggungjawab kepada bangsa dan negara serta siap untuk menang, terlibih siap untuk kalah.
Hal ini dijelaskan H Syamsul Arifin SE kepada sekitar 70 pemimpin agama dari 41 Gereja di lingkungan PGPI Sumut, Kamis (18/10) di aula Retreat Center GBKP Sukamakmur, Sibolangit.

Disela-sela acara pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) PGIP Sumut dan NAD tahun 2007 itu, Syamsul yang juga Bupati Langkat dan Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia Sumut mengharapkan, masyarakat Sumut tidak perlu terlalu bingung mencari dan memilih calon pemimpin di Sumut ke depan. Kalau pemimpin takut kepada Tuhan, dunia ini akan damai.

“ Tidak ada umat yang tidak takut pada Tuhan, kecuali Judas Iskariot, atau dalam bahasa Arab, Judas itu disebut, jin dan setan. Apakah calon-calon pemimpin itu bila saat pemilihan kepala daerah (Plkada-red) tiba, baru rajin ke gereja atau ke rajin mesjid, itu bukan pemimpin yang baik”, ujar mantan Ketua KNPI Sumut dan yang juga mengaku bermarga Sembiring, Silaban dan Duha ini tegas didampingi moderator, Pdt NP Sitorus STh, MA (ketua panitia-red) dan Ketua Umum PGPI Sumut dan NAD tahun 2007, Pdt Paul Wakkary.

Demikian juga dalam Musda PGPI ini. Kalau ada umat yang nantinya tidak terpilih dan tidak duduk lagi dalam kepengurusan PGPI Sumut dan NAD 2007-2012 tidak keluar dan membentuk sekte-sekte baru. Tapi seharusnya siap kalah dan siap menang untuk memajukan program-program pembangunan demi kesejahteraan umat itu. Di umat Muslim itu sendiri ada demikian. Namun yang kita harapkan, calon pemimpin ke depan tidak perlu banyak “bual”, tapi ada implementasinya kepada masyarakat itu secara langsung.

Pemimpin itu harus dapat programkan dan jamin masyarakatnya itu nanti tidak lapar, rakyatnya sehat dan pintar, jamin generasi muda itu memiliki masa depan yang baik, tambahnya.
Pada kesempatan itu, Syamsul juga mengakui kelemahan-kelemahan para pemimpin daerah saat ini banyak tidak benar dan berbohong akibat tugas-tugas mulia para pemuka dan tokoh agama tidak seperti yang diharapkan Tuhan.

Pemimpin-pemimpin agama dan pemuka-pemuka agama itu umumnya “murtad”. Tidak berani mengatakan dan menegur pemimpin yang salah dan tidak benar menjalankan program pembangunan sebagaimana mestinya. Akhirnya, kami tuan-tuan pemimpin daerah ini terus melakukan pembohongan kepada rakyat, tegasnya sambil menyebut dirinya memang ekstrim selagi berbicara dengan fakta.

Syamsul juga mengakui bahwa pihaknya berkeiginan menjadi pemimpin ke depan dan sudah melakukan berbagai langkah serta sosialisasi kepada masyarakatnya di Langkat untuk memilih calon pemimpin di Sumut ke depan cukup dengan 4 program. Namun diakuinya bahwa, ia belum ada mengatakan kepada masyarakatnya agar memilihnya menjadi calon gubernur di Sumut Pihaknya sampai saat ini belum ada yang mencalonkannya menjadi calon pemimpin Sumut pada Pilkadasu yang akan datang.

“ Tugas kita hanya 2. Pak. Berdoa dan berusaha. Kalau Tuhan berkeinginan memakai saya menjadi pemimpin ke depan, apa salahnya. Mudah-mudahan Tuhan memberi mujizat kepada saya. Kalau Tuhan gerakkan hati Saudara sekalian, mungkin semua akan dapat berubah dan saya jadi pemimpin itu,” lanjutnya lagi.
Golkar memang sudah memutuskan Bung Ali Umri menjadi calon gubernur ke depan. Sementara sampai sat ini PDI P belum jelas bagaimana partai ini merekrut calon gubernur. Saya sudah daftarkan diri ke PAN dan Demokrat. Kalau pun kedua-dua partai ini mencalonkan, saya belum memenuhi syarat menjadi calon. Yang jelas, saya siap untuk dicalonkan, tambahnya lagi.

Pembinaan Umat
Pada kesempatan itu, Syamsul juga mengungkapkan bahwa pihaknya cukup antusias membangun kesatuan dan persatuan umat beragama di daerahnya. Konsep 20 tahun ke depan telah diwujudkannya melalui program penghijauan 2 juta pohon tahun 2008 melalui Yayasan Abdi Mulia. Tahun 2009 direncanakanya lagi penghijauan 2 juta pohon lagi.

Seandainya konsep tersebut gagal 50 persen dan kalau diperhitungkan nilai hasil penghijauan 20 tahun ke depan, sekitar Rp 50 triliun akan diperoleh umat di Langkat dalam upaya membangun persatuan dan kesatuan serta kesejahteraan umat itu sendiri.

“ Bagaimana kita menjalankan kesatuan dan persatuan kalau perbedaan ekonomi kita saling jauh berbeda. Pendeta di kota naik mobil dan Pendeta di desa-desa kemungkinan naik sepeda. Berbicara keimanan memang semua orang bisa mengatakannya dan gampang diucapkan. Sama dengan segampang menghafal bibel dan AL’quran. Tapi sukar untuk menjalankannya kepada sesama kita,” tegasnya mengakhiri.

Sumber : (M37/M30/r) Harian SIB, Sibolangit

No comments: